Monday, February 25, 2008

::sekali::

sekali saja,
kalau boleh meminta,
sekali saja,

kalau cinta itu memang ada,
maka datang lah,
sekali saja,

agar otak ini tidak lagi terputus relasinya dengan rasa,
..
agar otak ini tidak lagi memandang sebelah mata,
tentang cinta,
tentang interaksi dua individu,
..
yang jelas,
agar pikiran kotor tentang ber-dua tidak lagi tinggal di kepala,
..
karena,
sampai sekarang,
otak ini terus berpikir,
kalau mencintai seseorang,
bersama lawan jenis,
atau biasa disebut 'pacaran'
adalah praktek politik yang paling kotor yang pernah diciptakan,
..
tapi,
kalau cinta itu memang ada,
singgahlah,
meski hanya sebentar,
pun setiap pagi
..
::mencobamenjadipolitikus'cinta'::

[jembatanmerah-feb25,08-9:39pm]

Tuesday, February 12, 2008

dis-orientasi[2]

Definisikan.

Sulit.karena sekarang saya sedang berada di masa dis-orientasi.jadi mohon maaf,saya benar-benar tidak bisa berpikir.mungkin saya butuh MOS –Masa Orientasi Siswa- yang biasa diberikan oleh para senior di sekolah masa SMP-SMA dulu.Meski kurang paham kenapa MOS harus diberikan kepada murid baru seolah-olah mereka tidak bisa menentukan orientasi masing-masing,tapi tetap saja MOS bisa jadi akan membuat saya lebih dis-orientasi.

Karena MOS masa SMP-SMA dulu bagi saya lebih seperti pengkotakan-pengotakan senior dan junior,meski kadang saya merasa MOS memang sedikit perlu dilakukan.selain karena bisa lirik kanan lirik kiri ke sesama murid baru atau ke senior-senior saya di SMA, masa orientasi itu jadi sedikit relevan terutama bagi yang punya kesulitan dengan menghapal nama,jadi cukup mengingat wajahnya saja,dan paham kalau mereka adalah guru dan bukan orang lain di lingkungan sekolah kita.

Tapi saya akan lebih setuju kalau MOS difungsikan sebagai camp brain wash -saya akan sangat suka- karena dengan begitu,saya tidak perlu lagi dis-orientasi,seperti yang para senior dan guru-guru saya bayangkan ketika saya menjadi murid baru.

Tapi susahnya,saya,saat ini,dis-orientasi,saat saya tidak menjadi murid baru,tidak berada di masa SMP atau SMA. Saya ada di akhir perjalanan kuliah yang tidak juga menemu titik akhirnya.

Sumpek.

Semuanya saling menghimpit satu sama lain,semua bahan kuliah 3tahun lalu berjejer di hadapan saya.
identitas.metodologi.fenomenologi.postmodernisme.klasik.modernitas.kapitaselekta.kesehatan.mdgs.survey.kualitatif.filsafat.sosiologi.danlainlaindanlainlain.

Pengap.

Sementara detik terus berdetak,dan waktu terus melaju.saya tetap berada di titik yang sama tiap mata saya terbuka dari tidur pagi saya.sesak ini tidak hanya karena semua ide di kepala bersundulan.tapi karena saya berlari ke habitus yang berbeda 2bulan ini.

pagi celingukan di kamar.siang kerja.sore terjebak di kelas perancis.malam ngopi,ngobrol ngalor ngidul sedikit brainstorming meski lebih banyak ngobrol nggak jelas ngomongin TA,skripsi,film,dan lelaki, sampai pagi.paginya saya masih harus merangkum teks barang 10-15 halaman.

An almost uncorrect habit.

Masa dis-orientasi ini benar-benar gila.buat saya,ini kali pertama saya benar-benar dis-orientasi.skripsi yang belum selesai,pun abstraksi dan judul tidak terlintas di kepala.photovoice project yang saya kerjakan bersama seorang teman -lebih tepatnya saya mengasisteni dia- masih setengah jalan.tulisan yang harus segera rampung.hutang riset dokumenter.

Heran juga,sebenarnya mana yang jadi beban yang harus benar-benar saya selesaikan.terlalu banyak side job dibanding merampungkan project pribadi saya.dan otak saya tercurah penuh ke dalamnya, tidak untuk keinginan idealisme pribadi,tapi untuk semua side job yang terlanjur saya iyakan.merasa sangat bodoh karena terjebak pada masa dis-orientasi ini.semakin lama semakin hilang akal sehat saya.

Bodohnya lagi,kenapa pula saya harus menuliskan semua uneg-uneg ini ke dalam blog ini.toh juga tidak akan ada yang membacanya apalagi meresponnya.

Tapi,paling tidak saya sudah menulis.dan menulis untuk diri saya sendiri.meski egois.tapi saya hanya ingin menulis,tidak lebih,apalagi berharap untuk dibaca pun dikagumi.saya tulus ingin menulis,itu saja,sudah cukup.

[jomegatan-feb12,08-11:03am]

Wednesday, February 6, 2008

::dis-dis-dis-dis-dis::



dice[dis]
...
kalau episode dis-dis-dis-dis yang sedang dialami saat ini bisa disejajarkan dengan dice yang dibaca dadu,mungkin memang benar adanya.ada banyak dis- sedang menghantui,dan saya agak malas membuka kamus untuk mencari makna dari kata dis-,untuk sekadar membandingkan dengan kata dice-dadu.
..
tulisan di atas,nggak nyambung, saya sedang dis-order..
..
tapi, kalau dis- sebagai awalan kata boleh saya maknai sebagai dice-dadu, maka saya sedang dalam keadaan dis-orientasi karena ada banyak pilihan yang harus saya yakini memang harus saya lakukan sebagai konsekuensi bermain dengan dice[dis]dadu.
pilihan yang membingungkan dan membuat saya harus berpikir berulang kali untuk menentukan berapa kali saya harus memutar tangan dan melempar dice[dis]dadu ke tanah agar angka yang saya inginkan benar-benar u
baru pada tahap penentuan itu saja saya sudah sangat bingung, menuju ke tahap selanjutnya,setelah saya tahu berapa angka yang keluar dari dice[dis]dadu itu saya semakin bingung.
dan saya benar-benar dis-orientasi,karena dengan begitu banayak angka yang muncul dari dice[dis]dadu yang saya kocok,ternyata menuntut saya untuk membaca lebih banyak lagi.
lebih banyak membaca membuat saya lebih dis-orientasi.
jadi saya semakin dis-orientasi karena pertama,angka yang keluar dari dice[dis]dadu adalah 6,yang berarti saya harus menyelesaikan semua teks yang se-harus-nya saya baca dan saya summary,kedua,karena saya harus membaca lebih dan lebih lagi,maka semakin dis-orientasi lah saya,
karena dengan demikian,
skripsi saya akan semakin tidak terurus,
tidak tersentuh,
bahkan mungkin,akan semakin tidak terpikirkan.
..
baru episode dice[dis]1 : dis-orientasi
..
to be continued

[tamansari-feb06,08-15:02pm]